Sunday, August 28, 2016

Bank Sampah Desa Kenduren

Bank Sampah Desa Kenduren

Sampah telah menjadi masalah lingkungan yang besar bagi Indonesia. Penanganan sampah di Indonesia dapat dikatakan belum komprehensif. Padahal, sampah dapat mencemari lingkungan dan menggangu kesehatan kita. Namun, bukankah dari sesuatu yang buruk apabila didayagunakan dapat menjadi sesuatu yang memiliki manfaat? Apakah kita hanya membiarkan masalah tetap menjadi masalah? 


Penerimaan KKN-PPM UGM
(Dokumen Pribadi)

Penulis bersama teman-teman Tim KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata-Program Pengabdian Masyarakat) UGM JTG-11 merasa bersyukur karena bisa ikut serta dalam memecahkan persoalan sampah yang ada di masyarakat khususnya di Desa Kenduren, Kecamatan Weduk, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Segenap aparatur baik di bidang Kabupaten Demak, Kecamatan Wedung, BAPPEDA, perangkat Desa Kenduren, Karang Taruna Tunas Bangsa hingga masyarakat menerima kami dengan baik. 

Sampah yang Menggenangi Sungai
(Dokumen Pribadi)

Sejak penerjunan di Desa Kenduren penulis dan beberapa teman pada awalnya sangat terkejut karena banyaknya sampah yang berada di pinggiran jalan dan sungai. Hari kedua penerjunan kami melakukan observasi (pengamatan) ke warga-warga desa dan mewawancarai tokoh masyarakat. Lalu, kami mendapatkan hasil bahwa sampah menjadi masalah yang belum dapat terselesaikan di Desa Kenduren. Sebelumnya memang sudah ada ide dari para pemuda yang tergabung di dalam Karang Taruna Tunas Bangsa dan perangkat desa untuk membentuk Bank Sampah. Namun, program Bank Sampah tersebut belum dapat direalisasikan.

Sosialisasi ke Warga Desa
(Dokumen Pribadi)

Hasil observasi dan diskusi kelompok KKN-PPM kami akhirnya memutuskan untuk membentuk Bank Sampah. Hal tersebut kami nilai tepat mengingat ide dari Bank Sampah yang juga sudah ada sebelumnya, hanya saja belum dilaksanakan. Kami berkonsultasi dengan perangkat desa dan disepakati untuk memulai Bank Sampah melalui program "Jumat Bersih". Secara garis besar, "Jumat Bersih" sama seperti kerja bakti dan kami tim KKN-PPM UGM JTG-11 juga turun tangan untuk ikut membersihkan lingkungan di desa tersebut. Untuk pembagian daerah kerja "Jumat Bersih", setiap sub-unit mendapat bagian 2 RW (Rukun Warga). Memang pada mulanya, warga kurang berpartisipasi di dalam "Jumat Bersih". Namun, ketika ada hasil dari kegiatan "Jumat Bersih", partisipasi warga Desa Kenduren sudah terlihat.

"Jumat Bersih"
(Dokumen Pribadi)

Perangkat Desa Kenduren mendukung upaya kami untuk membentuk program Bank Sampah. Kami pun mengawalinya dengan memberikan sosialisasi Bank Sampah ke perangkat desa, ketua RT/RW, ibu-ibu PKK, Karang Taruna Tunas Bangsa, tokoh masyarakat dan juga warga sekitar. Dalam sesi tanya jawab, antusiasme warga terlihat begitu besar. Mereka memberikan pertanyaan terkait program Bank Sampah.

Sosialisasi Administrasi Bank Sampah 
(Dokumen Pribadi)

Setelah sosialisasi, kami pun bekerjasama dengan Karang Taruna Tunas Bangsa dalam pengadaan sarana dan prasarana Bank Sampah. Program Bank Sampah di Desa Kenduren hanya dilakukan di RW 06 sebagai percontohan. Alasannya yaitu letaknya yang strategis dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, hal yang menjadi pertimbangan ialah luas desa yang besar. Atas dasar tersebut, Bank Sampah diterapkan di RW 06 dahulu. Apabila program Bank Sampah di RW 06 berhasil, maka akan dilakukan juga di RW-RW lainnya.

Pencatatan Buku Tabungan Bank Sampah
(Dokumen Pribadi)

Setiap rumah di RW 06 mendapatkan 2 tong sampah yaitu tong sampah organik dan anorganik. Kami juga memberikan sosialisasi terkait pemilahan sampah selama kegiatan pembagian tong sampah tersebut. Warga memberikan respons yang positif terkait program Bank Sampah. Selain itu, bagian untuk administrasi Bank Sampah juga dibentuk. Sosialisasi pembuatan bio briket, pelatihan kerajinan enceng gondok, pembuatan kompos masih dalam 1 rangkaian program Bank Sampah.

Desa Kenduren merupakan desa penghasil beras, bawang, melon dan semangka di Kabupaten Demak. Sehingga, pemanfaatan sampah organik dengan menggunakan mesin pencacah dapat menjadi solusi atas kebutuhan kompos alami oleh petani di Desa Kenduren. Sementara itu, untuk sampah-sampah anorganik dapat dijual warga di Bank Sampah dimana uang tersebut nantinya adalah tabungan warga. Sampah yang semula dianggap tidak ada nilai gunanya pun ternyata bisa memiliki nilai tambah apalagi jika diolah menjadi kerajinan. Hingga akhirnya acara launching Bank Sampah pun diselenggarakan yang dihadiri oleh perangkat desa, warga, Karang Taruna, PKK serta kami tim KKN UGM.

Sambutan Kepala Desa di Launching Bank Sampah 
(Dokumen Pribadi)

Tim KKN penulis hanya memiliki waktu 49 hari di Desa Kenduren. Dengan keterbatasan waktu yang kami miliki tersebut akan sulit rasanya membentuk Bank Sampah. Bantuan dari perangkat desa, Karang Taruna Tunas Bangsa dan warga Desa Kenduren memegang peranan penting dalam program yang kami usung serta bagi keberlanjutan Bank Sampah.

Bank Sampah yang kami usulkan dan laksanakan di Desa Kenduren merupakan salah satu bagian inovasi daerah. Hal tersebut juga kabar baik untuk Indonesia karena permasalahan sampah tidak hanya menjadi masalah namun bisa diubah menjadi manfaat, apabila ada niatan dan usaha untuk merealisasikannya. Kerjasama dari berbagai pihak mulai dari akademisi, praktisi dan masyarakat akan menentukan kesuksesan program inovasi daerah. Bank Sampah di Desa Kenduren menjadi bukti bahwa masyarakat kita sebenarnya tidak hanya 'diam' dalam menghadapi persoalan lingkungan sekitar, namun ada upaya untuk menyelesaikannya.

Semoga Bank Sampah di Desa Kenduren dapat diikuti lahirnya Bank Sampah di daerah lain demi lingkungan Indonesia yang lebih lestari. 






Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

No comments:

Post a Comment

Udang Tahu Saus Skippy® Peanut Butter

Saya dari dulu memang menyukai hobi masak. Bahkan sewaktu masih kuliah pun, saya lumayan sering memasak makanan sendiri, alih-alih memb...